Kamis, 22 Agustus 2024, Karnaval Pembangunan kembali di gelar di Cilacap, Jawa Tengah. Untuk memeriahkan acara ini, ratusan mobil hias turut andil dengan ‘riasan’ terbaiknya.
Tak kalah antusiasnya dengan peserta karnaval, warga Cilacap pun berbondong-bondong nonton karnaval di bahu jalan, mulai dari jalan Setiabudi hingga jenderal Sudirman. Antusiasnya sih, dapet, ya.
Tapi, yang sangat disayangkan adalah sampah yang tertinggal di sepanjang lokasi pawai.
Pengalaman penulis pulang ngantor menyusuri jalan karnaval, tampak tumpukan sampah, yang menggunung, tak bertuan.
Bahkan, penulis menjumpai petugas kebersihan jalan, pada saat petang, menyapu bahu jalan. Bahkan, sempat terbersit, kira-kira sampai jam berapa bapak-bapak ‘pahlawan’ ini akan bergumul dengan sampah plastik hasil nonton karnaval? Bisa-bisa sampai tengah malam.
Miris, nggak, sih? Di bulan kemerdekaan negara ini, masih saja bergumul dengan masalah sampah yang tak kunjung usai. Bukan karena tumpukan sampah di TPS, melainkan di jalanan utama kabupaten.
Masalahnya, warga masih saja abai dengan permasalahan, yang sebenernya sepele, ini. Ingin hati menjadi negara maju, alih-alih belum merdeka dari, mungkin, sikap apatis, malas, atau ‘memelihara’ budaya buruk ini.

Dokumentasi Pribadi Kawan Online
Sebenarnya, menurut penulis, ada beberapa penyebab mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertama, kesadaran diri masing-masing, yang enggan membuang sampah pada tempatnya, tempat sampah yang minim, dan bisa juga jumlahnya belum memadai.
Atau, niru kancane. Melihat ada sampah tidak pada tempatnya, membuat orang lain jadi niru. “Toh, dia juga buang sembarangan. Ada temennya, lah.”
Sikap tersebut tentunya tidak bisa jadi alasan. Satu orang, dua orang, lama-lama jadi – hampir – semua yang nonton, ikut buang sampah sembarangan. Alhasil, berserakan lah sampah-sampah di jalan raya. Terbang terkena hembusan laju kendaraan.
Tapi, masih ada masyarakat yang memang peduli, mengumpulkan sampah yang berserakan itu, meski bukan miliknya.
Perlu Sinergi
Disamping itu semua, memang perlu sinergi dari berbagai pihak untuk berbenah. Mulai dari pribadi masing-masing, bertanggung jawab atas sampah yang ‘dihasilkan’, berlatih disiplin membuang sampah pada tempatnya, pemerintah Cilacap menyediakan tempat sampah dengan jumlah yang memadai.
Tapi, sebanyak apapun jumlah tempat sampahnya, kalau belum ada krenteg dan kesadaran dari masyarakat, ya, sama aja sih.
Menutup tulisan ini, apresiasi kepada petugas kebersihan dan masyarakat yang sudah bekerja sama membereskan. Karena keesokan harinya, di pagi hari, tumpukan sampah dan sampah yang berserakan itu sudah tidak terlihat lagi.
“Amarga nylametake bumi iku nylametake awake dhewe.” Sugiharto, portal Kudus.