Kalau kamu membuka peta Nusa Tenggara Timur, tepatnya di bagian tenggara Pulau Flores, kamu akan menemukan dua kerucut vulkanik yang hanya berjarak ±2 kilometer. Keduanya adalah Gunung Lewotobi Laki‑laki dan Gunung Lewotobi Perempuan, yang secara administratif masuk Kecamatan Wulanggitang (sebagian kecil Ile Bura) di Kabupaten Flores Timur. Ketinggian puncaknya berbeda yaitu Gunung Lewotobi laki‑laki sekitar 1.584 mdpl, sedangkan Perempuan menjulang hingga 1.703 mdpl.
Asal‑Usul Nama “Laki‑laki” dan “Perempuan”
Lewotobi memang unik karena memakai label gender. Versi cerita rakyat menyebutkan bahwa kedua gunung itu dilambangkan sebagai sepasang suami‑istri yang saling melindungi desa‑desa di pesisir Flores Timur.
Dari sudut ilmiah, penamaan tersebut sekadar penanda morfologi, tepatnya kerucut laki‑laki tampak lebih runcing, sedangkan Perempuan lebih landau, mirip gambaran fisik manusia di alam imaji masyarakat setempat. Nama ini akhirnya mendarat ke peta vulkanologi internasional sebagai “Lewotobi Lakilaki” dan “Lewotobi Perempuan”.
Karakter Geologi Singkat
Kedua puncak terbentuk di atas busur Sunda. Struktur dasarnya stratovolcano berlapis lava andesitik‑basaltik. Crater laki‑laki berdiameter ±400 m, sementara perempuan ±700 m. Keduanya berbagi reservoir magma dangkal, sehingga erupsi salah satu bisa memicu aktivitas rekannya. Lapisan vulkanik yang berumur Holosen membuat tanah di kaki gunung subur tetapi sekaligus rawan lahar jika hujan deras mengguyur material segar.
Jejak Erupsi Sebelum 2024
Catatan Smithsonian / GVP menunjukkan letusan eksplosif pernah terjadi Mei 2003, didahului peningkatan seismik sejak 2001. Setelah periode relatif tenang 2011 – 2023, aktivitas mulai bangkit lagi pertengahan 2024.
Rentetan Letusan 2024 – 2025
- November 2024. Gunung Lewotobi Laki‑laki meletus sebelum subuh, memuntahkan kolom abu ±4 km sehingga penduduk beberapa desa dievakuasi.
- 18‑19 Juni 2025. Dalam 36 jam, terjadi enam erupsi. Data PVMBG merekam gempa guguran, hembusan, hingga tremor non‑harmonik—indikasi suplai magma baru.
- 7 Juli 2025. Pukul 11:05 WITA, Laki‑laki memecah rekor dengan kolom abu setinggi 18 km. Status tetap Level IV (Awas); zona bahaya 6‑7 km diberlakukan.
- 8‑9 Juli 2025. Erupsi beruntun memaksa penutupan bandara di Maumere dan Labuan Bajo. Awan panas luncur sampai 5 km ke utara‑timur laut.
Dampak Sosial dan Penanganan
PVMBG, BNPB, dan pemerintah daerah mengevakuasi >10 ribu jiwa ke pos‑pos aman, menyiapkan masker, dapur umum, serta layanan psikososial untuk 5.383 siswa di 66 satuan pendidikan terdampak. Jalur penerbangan Bali‑Timur dan Makassar‑NTT sempat dialihkan.
Rute Pendakian (Saat Normal)
Catatan penting: per 8 Juli 2025, pendakian ditutup total hingga status turun ke Level II atau I.
Ketika aktivitas mereda, jalur standar bermula di Desa Boru (500 mdpl). Jalur ini menanjak tajam lewat hutan heterogen yang ditumbuhi paku‑pakis raksasa dan pohon palem lontar.
Biasanya butuh 6 – 7 jam ke puncak Laki‑laki, 8‑9 jam ke puncak Perempuan. Karena jalur singgah di punggung yang sama, banyak pendaki “sekali kayuh” menaklukkan keduanya, itulah sebabnya Lewotobi populer dikalangan “dual summit hunter”.
Hal yang Harus Kamu Patuhi
- Pantau status resmi di aplikasi MAGMA Indonesia sebelum berangkat.
- Bawa respirator N95. Abu Lewotobi sangat halus dan mudah terhirup.
- Siapkan rencana evakuasi. Dimana pun kamu mendirikan tenda, pastikan tahu arah lembah untuk menghindari lahar.
- Hindari jalur sungai saat musim hujan; material piroklastik rentan terseret banjir bandang.
- Hormati larangan adat. Masyarakat Lio kerap melakukan ritual “witi” (pembukaan) sebelum musim tanam; memasuki hutan tanpa izin bisa dianggap tidak sopan.
Potensi Wisata dan Ekonomi Lokal
Di luar fase erupsi, desa‑desa seperti Boru, Hokeng, dan Nobo hidup dari kopi arabika lereng Lewotobi, madu hutan, serta kerajinan tenun ikat motif “awu” (figur asap vulkanik). Homestay keluarga menawarkan paket sunrise di Puncak Laki Laki (ya, ditulis terpisah sesuai papan desa) dan panorama Perempuan yang lebih landai. Jika kamu pencinta selam, perairan Larantuka hanya 1,5 jam berkendara, kombinasi “gunung‑laut” yang jarang ada.
Flora dan Fauna Endemik
Menurut Balai TN Kelimutu (zona penyangga), hutan lereng Lewotobi dihuni kakatua kecil jambul‑kuning, soa‑soa, sampai anggrek “Dendrobium lewotobiensis”. Pada ketinggian >1.200 mdpl, lumut epifit mendominasi batang pohon, membentuk “jungle cloud” yang eksotis di foto. Hati‑hati, kadang babi hutan melintas jalur pendakian saat fajar.
Bagaimana Mengunjungi Lewotobi?
- Pesawat. Labuan Bajo atau Maumere, lanjut mobil travel ±4‑5 jam ke Boru.
- Kapal laut. Pelni rute Surabaya‑Larantuka, dilanjutkan bus lokal.
- Transportasi desa ojek motor. Pastikan kamu nego tarif pulang‑pergi sebab sinyal seluler lemah di basecamp.
Kesimpulan
Gunung Lewotobi bukan sekadar dua kerucut indah. Ini laboratorium hidup yang menunjukkan dimana interaksi geologi, budaya, dan ekonomi berpadu. Aktivitas 2024 – 2025 menegaskan bahwa gunung ini masih “muda” dan dinamis. Jadi, saat status sudah aman, siapkan fisik, riset cuaca, ajak teman, lalu rasakan sensasi menjejak puncak kembar Laki‑laki dan Perempuan—duo yang akan membuatmu susah move on dari Flores.