Puluhan tahun sebagai teknisi di perusahaan konstruksi, hingga beralih menjadi manajer engineering dan kini bangun perusahaan sendiri bersama rekannya. Lantas, apa yang melatarbelakangi meninggalkan karirnya dan bangun usaha dari awal? Mari kita telusuri kisah inspiratifnya dan bagaimana ia membangun AHI bersama timnya.
Meninggalkan Karir dan Gabung ke Indotech
Puluhan tahun berkarir di per-teknik-an, bahkan pernah membangun PLTU di Indramayu, pabrik benang di Purwakarta, Palembang, Medan, hingga ke Aceh, membuat Riyatno tidak cepat puas dan menginginkan memulai kehidupan yang “normal” atau work life balance. Pasalnya, ketika bekerja dulu, ia kerap ditugaskan berpindah-pindah kota bahkan pulau.
Hingga akhirnya bertemu rekannya, membangun perusahaan sendiri. Bersama rekannya itu, Riyatno mulai berkiprah di Indotech, di mana ia menjabat sebagai Manager Engineering. Dengan pengalamannya dalam konstruksi, beliau merasa tertantang untuk beralih ke industri water heater dan mengelola tim, khususnya tim teknisi.
Tantangan Mengelola Tim
Ketika mengelola tim, bukan kendala teknis yang ia temui melainkan ada kendala di tiap personal atau human-nya. Bagaimana mengelola tim dengan SDM yang ada, dengan karakter yang berbeda, masalah pribadi yang masih terbawa di kerjaan.
Riyatno membagi tips untuk mengatasi kendala tersebut, dengan ngadain forum bareng atau yang familiar disebut “ghibah” mingguan. Ghibah bukan sembarang ghibah, forum ini diadakan untuk membahas semua masalah atau kendala dan mencari solusinya bersama-sama. Di sinilah semua anggota tim dapat curhat dan membahas masalah, baik teknis maupun non-teknis. Ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih terbuka dan mendukung, di mana setiap orang merasa didengar.
Dirinya pun menyampaikan ke tim, jika ada masalah yang ditemui, maka harus segera diselesaikan. “Saya titip pesen ke anak-anak. Kalau masalah itu tiap detiknya ada. Hari ini selesai kedepannya pasti ada lagi. Makanya saya sering menekankan ke mereka, selesaikan hari ini, detik ini, (karena akan) ada masalah di detik berikutnya.” pesan Riyatno.
Tips Treatment Tim ala Riyatno
Pernah menemukan kalau anggota tim yang mengalami kesulitan tapi sungkan untuk menyampaikan kendalanya? Ternyata, Riyatno juga pernah mengalami hal sama. Bukannya mendelegasikan tugas tersebut ke tim lain, justru diberi tanggung jawab lebih, mendorongnya untuk lebih maju dan lebih vokal di forum. Selanjutnya, ia naikkan (skillnya) terus agar mampu menyampaikan atau speak up di depan. Dengan demikian, skill anggota timnya merata.
“Jika ada tim yang skillnya belum mumpuni, saya paksakan dia agar terus bisa belajar lagi dan memperkuat (menutup) kelemahannya. Diberi tanggung jawab lebih untuk treatment agar skill semakin berkembang, untuk menunjang pemerataan skill.
“Ini Saatnya Buat yang Baru..”

Perlu waktu 2 tahun untuk “berani” membangun AHI (Air Hangat Indonesia). Setelah bersama-sama membangun Indotech dengan segala lika-likunya, butuh waktu kurang lebih selama 2 tahun hingga akhirnya mendirikan perusahaan lagi bernama PT Air Hangat Indonesia di tahun 2020.
Riyatno yang menganalogikan AHI masih bayi (pada waktu itu), belajar merangkak, hingga akhirnya kini bisa “berjalan”. Dalam proses tersebut ada jatuh bangunnya yang sangat luar biasa, apalagi masalah ego.
Karena awalnya, bersama rekannya itu, ada perbedaan idealisme yang membuatnya “berontak”. Namun lambat laun, mereka bisa saling mengendurkan ego masing-masing dan mengingat tujuan awal untuk membangun usaha, untuk membangun PT Indotech Energi Persada dan PT Air Hangat Indonesia lebih maju.
“Sangat penting untuk mengendorkan ego,” katanya. Ia pun percaya bahwa berdamai dengan diri sendiri dan memahami bahwa setiap orang membawa keunikan adalah kunci untuk membangun tim yang solid. Dalam prosesnya, mereka belajar untuk tidak hanya fokus pada idealisme masing-masing, tetapi juga mencari solusi untuk masalah yang ada.
Kejadian Unik dan Pelajaran Berharga
Dalam perjalanan membangun AHI dan menjadi Manajer Engineering, Riyatno mengalami berbagai kejadian unik. Salah satu pengalaman yang diingat adalah ketika komunikasi antara tim teknis dan sales tidak berjalan dengan baik. “Kadang, customer bertanya hal-hal yang seharusnya dijelaskan oleh sales, bukan teknisi,” katanya. Hal ini tentunya menjadi pelajaran tentang pentingnya komunikasi yang jelas antar departemen.
Untuk mengatasi masalah ini, beliau menekankan pentingnya mengembalikan sesuai “jalurnya”. “Setiap orang harus tahu perannya dan saling mendukung,” imbuhnya.
Harapan dan Saran
Ke depannya, Riyatno berharap PT Air Hangat Indonesia bisa terus berkembang dan menjangkau lebih banyak wilayah di Indonesia dengan “mudah dan simpel”. Ia berencana melakukan modifikasi pada sistem kerja, termasuk penjadwalan otomatis, dan peningkatan disiplin kerja. Ia pun berharap agar rekan-rekan teknisi semakin andal dan profesional, yang bisa menyelesaikan semua masalah tentang water heater.
Beliau juga mendorong semua anggota tim untuk terus belajar dan mengasah keterampilan. “Setiap orang harus memiliki kesempatan untuk berkembang,” ujarnya. Dengan cara ini, AHI diharapkan dapat menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.
Dunia Kerja Tidak Semudah di Sekolahan
Bagi generasi muda yang ingin mengikuti jejaknya, Riyatno memiliki pesan penting. “Dunia kerja tidak semudah yang kita bayangkan saat di sekolah,” ungkapnya. Ia menyarankan agar terus belajar, mempermudah diri dan jangan dibuat ribet. Meskipun kelihatannya susah, hal tersebut karena belum terbiasa mengerjakannya. Jika sudah terbiasa dan mau belajar, tidak menggampangkan tapi mempermudah.
Dalam perjalanan karirnya, Riyatno telah menunjukkan bahwa dengan kemauan dan kerja keras, kita bisa mengatasi berbagai tantangan. Semoga kisahnya menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan berinovasi, apapun bidangnya.